Kok lama sekali balasnya?
Terus saja seperti itu. Aku memang bukan operator selular Yang selalu cepat membalas pesanmu Kau terus saja begitu, Memarahiku, tak peduli aku sedang pilu. Tetapi, Aku juga tak bisa mengelak Kerinduanku juga sudah galak Menyeruak seperti karang yang ditampar ombak Mengetuk-ngetuk hatiku terbahak-bahak Teringat di kepalaku, Kau selalu mempersoalkan jarak Tentang ia sebagai suatu yang merusak Tentang ia yang membuatmu terisak Teringat di kepalamu, Aku selalu mempersoalkan waktu Tentang ia yang tak bisa ditunggu Tentang ia yang membuatku membiru Namun, Ini hanya soal persiapan Sebuah perjuangan melawan ketiadaan Mengikis pengkhianatan dengan pengorbanan Mengonversi kedukaan menjadi kesenangan Katamu, Rindu tak pernah terbayar lunas Sajak yang kutulis pun Tak mampu membayar bunga rindumu Penagih pun akhirnya mencariku, Memukul kepalaku Memaksaku memandangimu Sampai aku diam membisu.
Ah, Aku kapok merapel rindu
Lain kali aku cicil saja
jika tak ada jarak dan waktu
manalah mungkin ada rindu
keduanya ada
agar kita belajar menghargai bila bersama
😀
Aaaaak. Sukaaak banget sama jawabannya bang rifki ini.
kalau begitu saya simpan deh, siapa tahu bisa dijadiin puisi yang lebih panjang 😀
wih, saya menginspirasi gitu ya kang 😛
loh, salah fokus 😛
Puisi lu juga bagus kok van. Makanya gw bisa bilang jawabannya bagus karena dah baca puisi lu. Hihihu
Aaakkk numpang nimbrung boleh kan? walopun belum kenal, tapi gakpapa deh. :))
Gue juga suka banget sama komennya rifki. Hahaha. Jarak sih memang..
Nimbrung aja mas :)) kl ga nimbrung kpn kenalnya
penagih th siapa van ?
Anjriiiitt keren! Puitis tapi tetep bernuansa kocak. 😀