Untuk Eka Puteri
Kau selalu bilang
Rinduku tak pernah terbayar lunas
Waktuku hanya mampu membayar bunga
Sisanya, menumpuk di pojokkan kamar
Bersama kertas-kertas usang
Berdebu, menunggu api membakar
Atau berakhir di pengepul kiloan
ditumpuk menjadi gunungan sampah
Barangkali, beginilah nasib rindu
ia bergantung pada jarak dan waktu
Tetapi, memang begitu
Jarak menakik kita terlalu jauh
Ia menciptakan kegelisahan,
Kecemburuan, serta kerinduan
Terlebih lagi, waktu
Satu hal yang paling bisu
Namun, mampu membuatmu sendu
Kukira begini, kita berusaha mengutuk rindu
Dengan menyalahkan jarak dan waktu
Sampai kita lupa, bahwa ia hadir
Dari kesunyian yang menyayat
seperti inilah rindu
sembilu yang membuat ngilu
kapan ya gue bisa sebagus ini haha
Waduh, masnya berlebihan ah
ah.. rindu… si perekat rasa.., antara dua jiwa
ahh hari ini saya belajar kata baru: menakik 🙂
Waktu, jarak dan rindu tak pernah bersahabat.
Uhh memang begitulah 😦
Mantaps, bang! Ciye LDR 😀
pecut
LDR jugak? Senasib ya kita.. Muahahah 😀
beuh nih, puitis, dalem :’
pasti buat ceweknya yaaa….
Assalaamu’alaikum wr.wb… rindu memang ibarat sembilu yang menyayat hati tetapi rindu itu terasa indah kerana mendekatkan kita kepada yang dirindu. hanya pertemuan yang menjadi ubat kepada rindu yang panjang. Kata-katanya sungguh puitis dan mengesankan. Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. 🙂